Desa Wisata Garda Depan Pariwisata Berkelanjutan
Pengembangan pariwisata di Indonesia semakin menunjukkan potensi besar untuk meningkatkan perekonomian daerah dan memperkenalkan budaya lokal. Dalam konteks ini, desa wisata memiliki peran strategis sebagai ujung tombak dalam menjaga keberlanjutan pariwisata yang mengutamakan pelestarian alam dan budaya. Desa wisata bukan hanya sekadar destinasi, tetapi juga pusat kearifan lokal yang mampu menghadirkan pengalaman unik bagi wisatawan sekaligus mendukung kesejahteraan masyarakat.
Hal ini menjadi fokus utama dalam Rapat Kerja Nasional (Rakernas) Perhimpunan Usaha Taman Rekreasi Indonesia (PUTRI) yang digelar pada 31 Oktober hingga 1 November 2024 di Royal Safari Garden Hotel, Bogor. Dengan tema “Membangun Pariwisata yang Kuat, Strategi Sinergi Antara Destinasi dan Pelaku Usaha untuk Menang Bersama,” Rakernas ini menggarisbawahi pentingnya kolaborasi antara pelaku usaha, pemerintah, dan masyarakat lokal dalam mewujudkan pariwisata yang kokoh dan berkelanjutan.
Menurut Agus Rahman, perwakilan dari DPD PUTRI Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), desa wisata berperan sebagai "Garda Depan" dalam pengembangan pariwisata Indonesia. “Desa wisata tersebar di 5 kabupaten kota, dan DPD PUTRI DIY menganggap bahwa desa wisata adalah garda depan dalam pengembangan pariwisata,” ujarnya. Desa wisata tidak hanya menawarkan pesona alam yang memikat, tetapi juga menyimpan kekayaan budaya yang menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan. Dengan menonjolkan nilai-nilai budaya dan keaslian, desa wisata berkontribusi besar dalam menguatkan identitas pariwisata Indonesia.
Agus Rahman menambahkan bahwa salah satu alasan mengapa desa wisata menjadi prioritas adalah jumlahnya yang mencapai lebih dari 200 desa di Yogyakarta, dengan kearifan lokal yang beragam. “Kenapa kami lebih memprioritaskan pada desa wisata, karena kita punya lebih dari 200 desa wisata dengan segala kearifan lokalnya,” jelasnya. Desa-desa ini menawarkan berbagai potensi yang belum sepenuhnya tereksplorasi, mulai dari tradisi, seni, hingga kerajinan tangan, yang memiliki daya tarik bagi wisatawan domestik maupun internasional.
Namun, Agus Rahman juga mengakui bahwa pengembangan desa wisata menghadapi tantangan besar dalam hal sinergisitas. Menurutnya, sinergi yang baik antara berbagai pihak, termasuk pemerintah, pelaku usaha, dan masyarakat desa, menjadi salah satu aspek terpenting dalam membangun desa wisata yang kuat. “Tantangan terbesar membangun desa wisata yang kuat adalah sinergisitas, karena itu dibutuhkan kolaborasi semua pihak, adanya link and match dengan pemangku kepentingan,” ungkapnya. Dalam hal ini, kolaborasi menjadi kunci untuk memaksimalkan potensi desa wisata dan memastikan bahwa manfaat ekonomi dapat dinikmati oleh masyarakat lokal.
Lebih lanjut, Agus menyoroti peran penting desa dalam mengembangkan wisata berbasis kearifan lokal (local wisdom) yang masih belum terekspos dengan baik. Desa menyimpan banyak nilai budaya, baik dalam bentuk tradisi, adat istiadat, maupun kekayaan alam yang sangat potensial. “Desa punya peranan penting dalam membangun wisata berbasis local wisdom yang saat ini masih belum terekspose,” tambah Agus. Dengan menggali potensi ini, desa-desa di Indonesia memiliki kesempatan besar untuk menjadi destinasi wisata yang tidak hanya menarik secara visual tetapi juga kaya akan nilai edukasi dan budaya.
Selain itu, Agus Rahman menekankan perlunya kesadaran kolektif dalam mendukung pengembangan desa wisata berkelanjutan. Menurutnya, semua pihak harus memiliki kesadaran yang sama tentang pentingnya melestarikan dan memajukan pariwisata dari desa. “Perlu adanya kesadaran bersama atau kesadaran kolektif yang sama tentang kepedulian pengembangan pariwisata dari desa, karena desa-lah yang punya potensi besar baik itu alam maupun budaya,” katanya. Dengan adanya kesadaran bersama ini, semua pihak dapat bekerja sama untuk menjaga keberlanjutan desa wisata dan mempromosikan kekayaan yang dimiliki desa-desa di Indonesia.
Agus Rahman juga menegaskan bahwa keselarasan antara destinasi wisata dan desa wisata merupakan langkah penting dalam menciptakan pariwisata berkelanjutan. “Keselarasan antara destinasi wisata dan desa wisata adalah langkah yang tepat untuk membangun pariwisata yang berkelanjutan, dari desa untuk Indonesia,” ujarnya. Dalam hal ini, desa wisata tidak hanya dilihat sebagai lokasi wisata tambahan tetapi sebagai bagian penting dari ekosistem pariwisata yang lebih besar. Dengan sinergi yang kuat antara destinasi wisata utama dan desa wisata, potensi pengembangan pariwisata dapat dioptimalkan untuk memberikan manfaat yang lebih besar bagi perekonomian lokal dan pelestarian budaya.
Kegiatan Rakernas PUTRI ini menunjukkan pentingnya dukungan dan kolaborasi semua pihak dalam memajukan pariwisata berkelanjutan.